Di persimpangan jalan Harno melihat seseorang melambaikan tangan ke arahnya. Bergegas ia mendorong gerobaknya lebih cepat.
“Satu mangkuk, Bang!” kata anak muda itu.
“Ya, Mas. Tunggu sebentar, ya?” jawab Harno sambil menghentikan gerobaknya.
Harno kemudian menyiapkan semangkuk bakso pesanan anak muda itu. Saat tutup panci dibuka, uap dari kuah bakso mengepul. Aroma bakso mengunggah selera si pembeli. Harno menuangkan beberapa sendok kuah ke dalam mangkuk.
“Ini, Mas, baksonya. Silakan dilengkapi sendiri untuk kecap, sambal, atau sausnya,” kata Harno dengan ramah.
“Iya, Bang. Terima kasih,” kata anak muda. Kemudian, ia menuangkan kecap, saus, dan sambal ke dalam mangkuknya. Setelah mengaduk-aduk isi mangkuk, anak muda menyantap bakso dengan lahap.
“Ini, Bang, uangnya!” kata anak muda sambil menyerahkan uang dua puluh ribuan.
“Sebentar, Mas, uang kembaliannya!” Harno bergegas mencari lalu memberikan uang kembalian kepada anak muda tersebut.
“Bang, bengkel terdekat di daerah ini di mana, ya?” Tanya anak muda kepada Harno.
“Paling dekat sekitar dua kilometer lagi, Mas!” jawab Harno.
Harno kemudian menjelaskan letak bengkel kepada anak muda tersebut. Anak muda mengangguk-anggukkan kepala tanda paham dengan penjelasan Harno.
“Mobil milik Mas mogok?” tanya Harno.
“Iya, ini, Bang. Sudah satu jam saya coba memperbaiki sendiri, tetapi tetap tidak bisa menyala mesinnya. Saya sampai merasa lapar, lalu memanggil Abang tadi,” kata anak muda.