“Ting.., ting.., ting.., ting.., bakso, bakso!” Harno kembali memukul mangkuk sambil berteriak menarik calon pembeli.
Harno mendorong gerobaknya perlahan-lahan. Harno berjalan hingga sampai di tanah lapang tepian kampung. Udara sore itu tidak begitu panas. Tampak beberapa anak bermain bola di tanah lapang tersebut.
“Ting.., ting.., ting.., ting.., bakso, bakso!” teriak Harno dari tepi tanah lapang.
Harno beristirahat di tepi tanah lapang. Harno memperhatikan anak-anak yang bermain sepak bola. Awalnya, bola diam tidak bergerak. Kemudian, bola bergerak karena ada pemain yang menendang. Bola tersebut dapat bergerak karena adanya gaya otot dari pemain tersebut.
Saat pemain lawan hendak memasukkan bola ke gawang, kiper berhasil menangkap bola. Bola yang sedang melayang dapat berhenti dan diam dalam dekapan kiper. Harno terhibur oleh permainan bola anak-anak tersebut.
Keasyikan Harno menonton sepak bola terhenti. Harno menoleh ke arah sumber suara.
“Serrr.., serrr.., serrr…,!” tampak anak perempuan melintas di depan Harno. Anak perempuan tersebut bermain sepatu roda. Suara itu muncul karena adanya dua benda yang saling bergesekan.
Kedua benda yang bergesek adalah roda sepatu dan jalan aspal. Beberapa kali anak perempuan itu melintas di depan Harno. Tiba-tiba Harno mendengar suara seperti benda jatuh.
“Brukk…!” anak perempuan yang bermain sepatu roda itu jatuh.
Harno mendekati anak perempuan tersebut. Anak perempuan itu tampak meringis menahan sakit.