Karena penasaran, aku mengajak keluargaku memilih makan dengan lauk gulai ikan patin. Ternyata rasanya sangat enak. Ayah dan ibu tersenyum setelah merasakan gulai ikan patin itu. Kata ayah, rasa masakan ayah dan ibu tidak seperti gulai ikan patin yang mereka makan. Ada kekecewaan terbersit dalam hati mendengar pendapat ayah tentang masakan kami. Namun, ayah menghibur kami. Ayah meminta kami untuk menjadikan lomba ini sebagai pengalaman yang menyenangkan.
Pengumuman lomba pun tiba. Aku sudah tidak punya harapan untuk menang. Namun, penasaran siapa yang akan menjadi pemenang. Ternyata memang kami tidak menjadi pemenang. Pemenang pertamanya adalah kelompok yang memasak makanan khas Bali, ayam betutu. Pemenang kedua adalah kelompok yang memasak masakan khas Makasar, sop konro. Sementara itu, pemenang ketiganya adalah kelompok yang memasak masakan khas Riau, yaitu otak-otak. Aku pun kecewa karena pengumuman itu.
Tanpa aku duga ternyata juri juga menilai hiasan tempat kami menyajikan makanan. Aku dan kakakku terkejut saat juri menyebut kelompok kami sebagai pemenang I menghias masakan dan tempat penyajian masakan. Kata juri, kami menang karena hiasan rumah adat Jambi yang kami buat sebagai hiasan sungguh-sungguh mirip dengan rumah adat Jambi. Itu semua karena aku dan kakakku senang mengoleksi benda-benda hasil budaya, termasuk rumah adat. Jadi, kami sangat mengenal rumah adat Jambi.