“Kerti, tolong aku ya. Aku benar-benar tak bisa bekerja hari ini,” kata Ki Sapa Wira.
“Tenang Kang, aku pasti akan membantumu. Tapi tolong beritahu, bagaimana caranya supaya gajah itu menurut padaku? Aku takut jika nanti ia marah dan menyerangku,” jawab Ki Kerti Pejok.
“Biasanya kalau ia mulai gelisah, pantatnya aku tepuk-tepuk, lalu aku tarik ekornya. Nanti ia akan kembali tenang dan berendam sendiri di sungai. Kau tinggal memandikannya,” jelas Ki Sapa Wira.
Ki Kerti Pejok mengangguk-angguk tanda mengerti. Ia lalu berangkat ke sungai untuk memandikan Kyai Dwipangga. Sepanjang perjalanan Ki Kerti Pejok mengajak Kyai Dwipangga mengobrol. Ia juga membawa buah-buahan sebagai bekal dalam perjalanan.
“Gajah gendut, kau mau makan kelapa?” tanyanya sambil melemparkan sebutir kelapa pada Kyai Dwipangga.
Kyai Dwipangga menangkap kelapa itu dengan belalainya. Dengan mudah ia memecah kelapa itu dan memakannya.
“Sekarang kau sudah kenyang, kan? Ayo jalan lagi,” kata Ki Kerti Pejok sambil memukul pantat Kyai Dwipangga.
Sesampainya di sungai, Ki Kerti Pejok melaksanakan tugasnya dengan mudah. Digosoknya seluruh bagian tubuh Kyai Dwipangga sampai bersih dan berkilap. Setelah itu mereka pulang ke keraton Mataram. “Kang, hari ini aku sudah melaksanakan tugasku dengan baik. Apa besok Kakang masih memerlukan bantuanku?” tanya Ki Kerti Pejok pada Ki Sapa Wira.