”Silakan, Uta. Kamu mau bertanya apa?”
”Pak, mengapa kita juga akan menanami lahan kosong di bukit itu?”
”Kalian tentu masih ingat. Musim hujan lalu desa kita banjir. Kita semua harus mengungsi. Bahkan, karena banjir, sekolah kita jadi rusak. Lokasi sekolah kita itu memang rawan banjir. Makanya, kita pindah di tempat ini yang tidak rawan banjir. Tempat kita ini lebih tinggi daripada tempat kita sebelumnya dan jauh dari sungai.”
”Mengapa banjir terjadi, Pak?” sambung Etti.
”Karena sudah tidak ada lagi pohon-pohon besar yang menahan air hujan. Pohon-pohon di bukit itu sudah ditebangi. Bukit itu sudah gundul. Maka, air hujan pun tanpa dapat dicegah berubah menjadi banjir.”
”Jadi, itu Pak alasannya mengapa kita juga menanami lahan kosong itu ya,” kata Dina.
”Benar, Dina,” jawab Pak Darmawan.
”Tanaman apa saja yang bisa ditanam di lahan kosong itu, Pak?” tanya Ninik.
”Sebetulnya ada banyak tanaman yang dapat digunakan sebagai tanaman penghijauan. Akasia, matoa, angsana, bambu, bungur, cemara bundel, johar, kiara payung, kihujan, mahoni, palem putri, palem raja, dan pohon tanjung itu nama-nama tanaman untuk penghijauan.”
”Apakah semua tanaman itu akan ditanam di lahan kosong itu, Pak?” tanya Anang.
”Kita hanya akan menanam beberapa jenis tanaman saja. Tanaman lain yang ditanam adalah tanaman yang kalian bawa.”