”Kamu memang bandel. Kakak nggak mau. Sekarang mandilah di kamar mandi. Bilas badanmu….”
Mula-mula Raka tidak mau menuruti kata-kataku. Ia tetap masih ingin main air. Bahkan, ia mulai merengek memintaku untuk menghidupkan keran air. Aku tetap menolak keinginan Raka. Kami pun bertengkar. Raka bersikeras untuk tetap bermain air. Aku pun bersikeras melarang Raka bermain air. Karena bertengkar, aku tidak menyadari ayah menghampiri kami.
”Ines, Raka! Ayo, berhenti bertengkar!” tegur ayah. Seketika kami pun berhenti bertengkar.
”Raka, letakkan slang itu! Segeralah bilas badanmu di kamar mandi!” suruh ayah kepada Raka. Tanpa sepatah kata pun Raka meletakkan slang dan berjalan ke kamar mandi.
”Ines, ayo, bantu ayah membersihkan genangan air ini,” kata ayah.
”Ya, Yah,” jawabku, lalu membantu ayah membersihkan genangan air.
Setelah selesai membantu ayah, aku pun mandi. Ayah berpesan, setelah selesai mandi, aku dan Raka ditunggu ayah di teras belakang rumah. Aku pun mengiyakan perintah ayah.
Beberapa saat setelah mandi, aku mengajak Raka ke teras rumah. Ternyata di situ ayah dan ibu sudah menunggu kami. Mereka duduk di kursi teras. Aku lihat di atas meja ada teko dan empat buah cangkir. Ada juga sepiring pisang goreng.
”Duduklah Ines, Raka,” perintah ibu kepada kami. Kami pun duduk di antara ayah dan ibu.