”Mengapa ibu, Yah?” tanyaku kepada ayah.
”Coba, Bu, jelaskan kepada Ines dan Raka, mengapa ibu hemat air.”
”Setiap hari ibu menampung air. Dengan air tampungan itu ibu mencuci peralatan makan dan pakaian. Setelah digunakan untuk mencuci, airnya ibu gunakan untuk menyiram tanaman dan membersihkan kloset. Nah, Ines, air yang kamu pakai untuk menyiram tanaman itu sebetulnya air bekas mencuci beras dan sayuran.”
”Benar, Bu? Wah, aku baru tahu. Aku pikir air itu memang sengaja ditampung dari keran air,” kataku mengomentari keterangan ibu.
”Betul, Nes.”
”Masih ada lagi kah, Ayah, penghematan air di rumah ini?” tanya Raka.
”Kalau ibu menyuruh kalian untuk menggunakan peralatan makan yang belum terlalu kotor, itu bukan berarti jorok. Itu juga salah satu cara untuk menghemat air. Peralatan itu tidak harus dicuci berkali-kali. Jadi, kita dapat menghemat penggunaan air.”
”Cara lain menghemat air adalah menggunakan sedikit deterjen untuk mencuci baju sehingga tidak harus berkali-kali membilasnya. Menyiram tanaman hanya pada pagi hari juga dalam rangka menghemat air.”
”Nah, itu cara-cara menghemat air yang sudah kita lakukan di rumah ini,” kata ayah.
”Yah, apakah resapan yang ayah buat di halaman itu juga dalam rangka menghemat air?” tanyaku.
”Betul, Nes. Itu namanya biopori. Fungsinya untuk menghemat air.”
Senang sekali rasanya aku sore ini. Gara-gara Raka main air, aku jadi tahu cara menghemat air. Dalam hati aku berjanji untuk selalu menghemat air.