“Kenapa cemberut, Mir?” tanya Ratna, teman sebangkunya, ketika Mira baru saja duduk di sebelahnya.
“Saya kesal kepada ibuku. Kemarin aku sudah bilang mau sarapan dengan ayam goreng. Tapi, tadi pagi, ibu malah masak tumis tahu,” jelas Mira kesal.
Ratna hanya diam mendengar keluhan Mira.
Saat istirahat tiba, Mira membuka kotak bekalnya. “Yah, tumis tahu lagi,” gumamnya kecewa. Ternyata, bukan cuma buat sarapan. Untuk bekal makan siang di sekolah pun, ibunya hanya menyiapkan tumis tahu.
Ratna menoleh dan menatap kotak bekal Mira, “Kelihatannya enak, Mir.”
“Kamu mau? Nih, makan saja,” Mira menyodorkan kotak bekalnya.
“Beneran ini buat saya?” tanya Ratna, “Kamu tidak lapar?”
Mira hanya menggeleng. Dipandanginya Ratna yang lahap menyantap bekalnya.
Sembari makan, Ratna pun bercerita. Dahulu, ibunya selalu memasak tumis tahu kesukaannya. Terkadang, jika ada uang lebih, barulah ibunya Ratna memasak ikan atau ayam.
“Sudah lama saya belum lagi makan tumis tahu seenak ini. Rasanya seperti buatan ibuku,” ucap Ratna mengakhiri ceritanya.
Mendengar penuturan Ratna, Mira diam-diam merasa iba. Ia tahu ibunya Ratna sudah meninggal sekitar satu tahun yang lalu.
“Karena ayah sibuk bekerja, saya yang memasak untuk ayah dan saya sendiri di rumah. Seringnya sih, saya menggoreng tempe atau tahu karena saya baru bisa masak itu,” jelas Ratna sambil kemudian menatap Mira. “Kamu beruntung, masih mempunyai ibu, Mira!”