“Ri, kok makan sambil melamun?” tegur Ibu.
Riri hanya diam dan cepat-cepat menghabiskan makanannya. Setelah itu, ia bergegas masuk ke kamar dan melempar badannya di atas tempat tidurnya.
Melihat itu Ibu mendekati Riri. “Kenapa, Ri? Akhir-akhir ini Riri sering terlihat kesal,” tanya Ibu.
“Ibu pilih kasih! Adik dibelikan mainan terus, tapi Riri tidak!” jawab Riri sambil menangis.
“Oh, itu masalahnya.” Ibu tersenyum.
“Riri kan sudah dibelikan buku cerita dan tas sekolah baru.”
“Iya, tapi Riri kan juga ingin mainan yang bagus! Ibu tidak adil!”
“Menurut Riri, adil itu seperti apa, sih?” tanya Ibu lembut.
“Adil itu ya harus sama semua, Bu. Jika Ibu membelikan Adik mainan baru, Ibu harus belikan mainan baru juga, dong!”
“Oh, begitu ya?” Ibu tersenyum lalu mencium kening Riri sebelum beranjak. Malam tiba, dan saatnya Riri untuk makan malam. Seperti biasa ia mendekati meja dan membuka tudung saji. Riri terheran-heran saat ia melihat hanya ada bubur tim dengan campuran wortel dan ikan laut. Tidak ada sayur dan lauk pauk seperti biasanya.
“Ibu, Riri lapar nih! Makanan untuk Riri mana?” Ibu keluar kamar sambil menggendong Salsa.
“Ya itu makan malamnya, Ri!”
“Ini kan bubur untuk Salsa, Bu.”
“Adik sudah makan. Tinggal kita yang belum. Makan sekarang, yuk!”