“Wah, itu proyek sekolah yang bagus! Dengan begitu kamu dituntut kreatif dan juga berpikir ekonomis. Dulu waktu kakak seusiamu, kakak belum pernah dapat tugas seperti itu.” kata Kak Argia sambil mendekati Rino.
“Tapi itu kan tugas yang sulit, Kak. Rino kan belum pernah punya pengalaman seperti ini. Mana ini tugas perorangan, lagi.” kata Rino. Kali ini, ia benar-benar cemberut.
“Hei, Gurumu tahu kemampuan siswanya, sehingga tidak akan memberikan tugas yang melebihi kemampuannya. Tugas ini boleh dibantu, kan?” hibur Kak Argia.
Ah! Betul! Itu yang dikatakan Bu Guru. Tugas ini boleh dibantu orang tua. Tetapi, orang tua hanya boleh mengarahkannya, tidak boleh mengerjakannya. Jadi semua yang akan mengerjakan aku, Kak. Nah, sepertinya aku bisa minta tolong Kakak juga, dong!” Rino bersemangat menjelaskan arahan Bu Guru tadi sebelum pulang sekolah. Kali ini, mata Rino berbinar-binar
“Boleh. Hari ini Kakak tidak ada kuliah, jadi kita bisa memulainya setelah kamu makan siang. Sekarang, ganti baju seragammu, makan siang, terus kita kerjakan. Setuju?” kata Kak Argia sambil bergegas memasuki rumah.
Rino pun senang bukan kepalang. Ia segera melakukan yang disarankan kakaknya dan siap di ruang tengah dalam waktu setengah jam.
Rino dan Kak Argia pun terlihat sibuk berdiskusi. Rino memegang buku dan pensil untuk membuat daftar barang-barang yang disukai teman-teman sebayanya yang bisa dibuat sendiri.