Aku ingin mencoba bermain Egrang. Permainan ini menggunakan dua bilah bambu yang diberi pijakan. Pemain harus menjaga keseimbangan agar bisa menjalankan bambu yang dipijaknya. Menurut penjelasan di pojok permainan egrang, permainan ini dijumpai di banyak daerah di Indonesia, walaupun dengan nama yang berbeda-beda. Tengkaktengkak di Sumatera Selatan, Jangkungan di Jawa Tengah, Batungkau di Kalimantan Selatan, Ingkau di Bengkulu, atau Egrang di Lampung.
Aku sudah lama ingin mencoba bermain egrang. Dulu, aku belum berani karena rasanya terlalu tinggi. Tetapi, aku sekarang sudah kelas 4, mudah-mudahan aku bisa. Ayah membantu memegang bilah bambu ketika aku naik di pijakan. Ibu pun bersiap di belakangku. Ia terlihat lebih cemas dari ayah. Begitulah ibu, selalu khawatir aku jatuh dan terluka. Setelah aku merasa cukup tenang berdiri di atas bambu, aku mencoba melangkahkan kaki kananku. Wah ,… bambu bergoyang-goyang tidak seimbang. Aku terhuyung,… hampir jatuh. Hup..ayah sigap menangkapku.
Aku tidak menyerah. Aku naik lagi di atas pijakan. Aku langkahkan kaki kanan, kemudian kiri, kemudian kanan. Ayah mulai berani melepaskan pegangannya. Wah..ketika mulai yakin dan percaya diri aku pun terhuyung lagi. Kali ini aku benar-benar jatuh, tertimpa pula dengan bambu! Terdengar teriak kecil ibu. Aku pun segera bangkit untuk menenangkan hati ibu. Walaupun lututku sakit, aku tidak ingin menangis. Aku ingin mencoba lagi. Ibu khawatir, tetapi ibu selalu memberiku semangat. Ibu selalu begitu. Menjadi pendamping di setiap perjalanan belajarku dengan doanya. Ayah pun demikian. Ia membantuku bangkit dan naik lagi di pijakan Egrang. Satu..dua..tiga.. empat..lima langkah! Aku semakin mahir bermain Egrang.