“Pak, bolehkah saya mencoba membentuk gerabah?” pinta Lani kepada salah satu pengrajin.
“Memangnya kamu bisa, Lani?” goda Ayah Lani.
“Ah, Ayah, semuanya kan perlu dicoba. Soal hasilnya, dipikir belakangan”, canda Lani.
“Kalu Adik mau mencobanya, silahkan. Saya akan dengan senang hati membantu Adik,” kata Pengrajin.
“Terima kasih banyak, Pak,” kata Lani.
Lani pun mencoba membuat dan membentuk gerabah dari adonan tanah liat yang sudah disiapkan. Pada percobaan pertama gagal.
Lani mencoba lagi. Untuk kali ini Lani lebih berhati-hati. Dia mengikuti semua petunjuk yang diberikan oleh salah seorang pengrajin. Pada percobaan kali ini meskipun belum berhasil juga namun sudah menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan percobaan sebelumnya.
Pengrajin pun terus memberikan semangat kepada Lani. Lani pun makin terpacu mencoba dan mencoba lagi. Hingga pada akhirnya Lani mengalami kelelahan. Namun, Lani belum juga berhasil membuat gerabah yang bagus.
“Dik Lani, tahukah kamu penyebab kamu gagal membuat gerabah yang bagus? Ya, karena tangan dan kakimu kurang terampil. Pergelangan tangan dan jari jemarimu masih terlalu kaku dalam membentuk gerabah. Adapun kakimu kurang kuat dalam memutar alatnya,” jelas Pengrajin.
“Oh, begitu ya, Pak. Ternyata ada pengaruhnya juga ya kemampuan dan keterampilan tulang dan otot untuk menghasilkan gerabah dengan bentuk yang bagus,” kata Lani.
“Oh betul sekali, Lani. Dalam setiap bidang diperlukan kemampuan dan keterampilan. Misalnya, pengrajin yang terampil akan dapat menghasilkan gerabah yang berkualitas dan bernilai seni yang tinggi. Petani yang terampil akan dapat menghasilkan panenan yang melimpah. Atlet yang terampil akan terus berprestasi,” jelas Ayah Lani.