Tidak hanya ragam budaya dan situs pariwisata yang ditampilkan oleh anjungan tiap negara. Beberapa negara juga menampilkan produk khas buatannya. Ada hasil olah makanan, karya seni dan kriya, serta produk hasil olah tekstil. Walaupun berasal dari kawasan yang berdekatan, semua produk yang dihasilkan unik dan menarik. Lani sempat melihat kain khas Thailand yang disebut dengan Thai Silk. Beraneka warna, halus, dan memikat mata. Dayu tertarik melihat baju khas dari Filipina yang disebut Barong Tagalog. Berdasarkan keterangan yang dibacanya, bahan baju ini terbuat dari serat batang pisang dan batang nanas. Wah, menurut Dayu sama uniknya dengan baju tradisional di Bali.
Selain anjungan tiap negara anggota ASEAN, ada juga anjungan yang dikelola oleh sekretariat ASEAN. Udin menghabiskan banyak waktunya untuk menikmati tampilan di anjungan ini. Anjungan ini menampilkan dukungan dan usaha ASEAN dalam mengembangkan wirausaha kecil di tiap negara. ASEAN membuat sebuah pusat promosi yang menampilkan produk-produk yang dikembangkan oleh para wirausahawan di tiap negara. Hal ini ditujukan agar usaha-usaha ini dapat berkembang lebih cepat dan mempunyai wadah untuk diperkenalkan sebagai komoditi ekspor. Macam-macam produk kreatif ada di sana. Ada jaket kulit dari pengrajin Garut, ada manisan buah Thailand dalam kemasan kaleng kecil yang menarik, ada yang memperkenalkan alat penyeduh kopi klasik Vietnam, serta ada pula aplikasi agribisnis yang dikembangkan oleh pemuda Indonesia untuk menghubungkan petani dan konsumen. Semua menampilkan inovasi dan karya kreatif yang memukau. ASEAN menyediakan wadah promosi, berbagai tips, serta pelatihan bagi pengembangan usaha para wirausahawan muda ini. Dengan demikian mereka dipupuk untuk menjadi cikal bakal pengusaha yang dapat membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi negaranya.