‘Bersatu Kita Teguh, Bercerai Kita Runtuh’ adalah semboyan yang sering didengungkan untuk meningkatkan semangat persatuan pada masa penjajahan.
Amati gambar dan baca teks berikut dalam hati!
Kami Berbeda, namun Kami Bekerja Sama
Matahari belum tinggi ketika Edo, Dayu, dan teman-temannya bermain di halaman sekolah. Ada yang bermain lompat karet, ada yang bermain Petak Jongkok, ada yang bermain Congklak di selasar kelas, dan sebagian lagi ikut dalam permainan Rangku Alu.
Edo, Dayu, Siti, Udin, Beni, dan Lani memilih ikut permainan Rangku Alu bersama beberapa teman lain. Mereka memang lebih suka dengan permainan olah tubuh di luar ruangan.
Baru beberapa hari yang lalu, teman baru mereka, Yanes yang memperkenalkan permainan ini. Yanes berasal dari Alor, Nusa Tenggara Timur. Permainan yang menggunakan tongkat bambu ini adalah permainan anak yang digemari di sana. Edo, Dayu, dan teman-teman di SD Nusantara senang sekali mengenal permainan baru ini.
“Seru dan menantang!” kata mereka.
Anak-anak di SD Nusantara justru gembira menyambutnya. Perbedaan warna kulit, adat, kebiasaan, bahasa, atau agama tidak mereka anggap sebagai masalah. Semua akrab bermain bersama. Pernah sekali waktu, ketika Edo bercanda akrab dengan Siti dan Dayu, Hendra berkomentar, “Ih, Dayu, mau-maunya kamu bermain dengan Edo yang berkulit hitam. Nanti kulitmu yang putih tertular hitam, lho!” ejeknya.