Sepeninggal kedua orang tuanya, Tang dan Lan berpikir keras untuk dapat menghidupi diri mereka. Akhirnya mereka mengunjungi sahabat ayah mereka semasa hidup, yang bernama Hakim Luu. Mereka minta kepada Hakim Luu untuk memberikan mereka pekerjaan. Sejak saat itu mereka tinggal bersama Hakim Luu dan membantu Hakim Luu di tokonya. Hakim Luu menyayangi Tang dan Lan seperti anaknya sendiri. Hakim Luu memiliki seorang anak perempuan yang cerdas dan cantik. Anak ini pun tumbuh besar bersama-sama Tang dan Lan.
Semakin dewasa, Tang dan Lan tumbuh menjadi pemuda tampan yang baik perangainya. Mereka pekerja keras yang santun, sehingga terpikir oleh Hakim Luu untuk menikahkan salah satu dari mereka dengan putrinya. Kedua pemuda itu sebenarnya juga menaruh hati kepada putri Hakim Luu, tetapi mereka tidak ingin menyakiti satu sama lain. Ketika Hakim Luu menyerahkan keputusan kepada mereka berdua, mereka pun saling tunjuk. Akhirnya, Hakim Luu memutuskan untuk memilih yang lebih tua di antara mereka, yaitu Tang.
Setelah menikah, Tang sibuk dengan kehidupan rumah tangganya, sehingga ia sering melupakan Lan. Ia lupa mengajak Lan mengobrol dan bercerita. Lan merasa sedih dan kesepian. Suatu hari, Lan bertekad mengembara seorang diri, meninggalkan kota, tanpa sepengetahuan Tang dan Hakim Luu. Ia berjalan tanpa arah, ke hutan, ke gunung, menyeberang sungai, sampai akhirnya ia tiba di pinggir sebuah pantai. Oleh karena sangat lapar dan lelah berjalan berhari-hari, Lan jatuh lemah, semakin lemah, dan akhirnya ia meninggal di tempat itu. Konon, jenazahnya berubah menjadi sebuah batu yang putih.