Saat ini latar belakang kehidupan warga di Kampung Wonorejo sudah mengalami percampuran budaya dan agama. Sebagian warga Kampung Wonorejo sudah melakukan pernikahan antarsuku. Bagi warga Kampung Wonorejo, keragaman adalah kekayaan mereka.
Dalam perkembangannya, ada beberapa yang harus diperhatikan antara Kampung Wonorejo dan kampung-kampung sekitarnya, misalnya Kampung Kibay. Penduduk asli Kibay terdiri atas 121 kepala keluarga. Sebagian dari mereka tersebar di Distrik Arso. Wilayah Kibay memiliki potensi sumber daya alam seperti hutan dan hasil pertanian. Warga di Kampung Kibay menanam sayur dan umbi-umbian untuk dikonsumsi sebagai makanan pengganti beras. Para wanita di kampung ini juga terampil menganyam noken dari kulit pohon. Sebagian warga bekerja serabutan penebang kayu, tukang bangunan, dan buruh harian di perkebunan sawit.
Potret Kampung Kibay memberi gambaran kepada kita tentang mata pencaharian sebagian besar penduduk asli Papua dan para transmigran, seperti di Kampung Wonorejo. Di Kampung Wonorejo, kehidupan masyarakat cukup harmonis. Mereka hidup berdampingan dengan penduduk asli Papua. Apabila terjadi peristiwa yang menyangkut hukum, seperti pencurian atau gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat akan diproses secara hukum. Akan tetapi, sebelumnya mereka harus menyelesaikan masalah tersebut melalui paguyuban adat. Jika ada kerusuhan di Kampung, paguyuban selalu berperan penting dalam proses penyelesaian masalah.
Para perempuan di Kampung Wonorejo dan Kampung Kibay juga saling bertukar pengetahuan antara perempuan Papua dan perempuan transmigrasi yang berasal dari Jawa. Para perempuan Jawa mengajarkan perempuan Papua cara membuat kue dari bahan tepung singkong dan cara membuat sayur dari batang pohon pisang. Sebelumnya orang Papua, selalu membuang batang pohon pisang yang sudah ditebang. Berkat pengetahuan dari perempuan Jawa, kini mereka memanfaatkan batang pisang menjadi sayur yang lezat.